Rabu, 26 November 2014

AMANAH TIDAK PERNAH SALAH MEMILIH PUNDAK

Pernahkah kita berpikir bahwa sebenarnya kita bukanlah orang yang tepat dalam suatu posisi tertentu? Atau pernahkah kita menargetkan suatu hal, akan tetapi akhirnya kita menempati posisi yang lain? Atau mungkin ketika kita tiba-tiba berada dalam suatu posisi yang sama sekali tidak pernah kita bayangkan dan inginkan sama sekali?
Banyak hal yang terjadi di luar dari rencana dan target awal yang telah kita tentukan, bahkan mungkin bisa dibilang tidak masuk ke dalam logika sederhana kita. Ketidakpercayaan diri dan keraguan adalah hal pertama yang langsung menari dalam pikiran para calon penerima amanah. Tak jarang keraguan dalam diri menenggelamkan rasionalitas berpikir dalam mengambil keputusan.
Namun apakah keraguan ini benar adanya ataukah hanya pembelaan diri atas ketidakmauan kita untuk memikul sebuah amanah yang tidak kita inginkan? Tentunya kita akan memiliki sejuta alasan untuk menolak dan menyatakan tidak pada amanah yang diberikan kepada kita ketika kita merasa ragu dan tidak yakin terhadap kesanggupan diri kita, tetapi mungkin kita harus merenungkan kembali terkait dengan hakikat diberikannya suatu amanah.
Sejatinya Tuhan tidak akan memberikan ujian melebihi kemampuan dari hamba-Nya, termasuk amanah yang diberikan kepada kita. Sesuatu yang kita anggap baik belum tentu baik di mata Tuhan, dan begitu pula sebaliknya. Kita mungkin mengetahui kemampuan diri kita sendiri, akan tetapi bukankah Tuhan Maha Mengetahui?
Maka ketika mendapatkan suatu amanah, ingatlah bahwa yang memberikan amanah itu bukanlah kerabat kita ataupun atasan kita, melainkan Tuhan yang mengetahui segalanya, yang mengetahui bahwa diri ini sebenarnya telah siap, yang mengetahui bahwa kapasitas kita telah mumpuni, dan mengetahui bahwa kelak amanah ini akan dapat dilaksanakan dengan baik di tangan kita.
Prinsipnya ialah jangan pernah meminta amanah, biarkan ia mencari tuannya sendiri, mencari orang yang paling tepat untuknya dirinya bertamu, mencari pemuda-pemuda pemberani yang akan membawanya ke puncak kemenangan, karena amanah tidak akan pernah salah memilih orang yang akan memikulnya.
Ketika amanah bertamu, maka mantapkanlah diri ini, persiapkan dengan sebaik mungkin, dan luruskan niat hanya untuk mencapai ridha-Nya. Mungkin awalnya kita akan takut dan banyak memiliki prasangka negatif ke depannya akan seperti apa, akan tetapi diam, mengeluh, dan tidak bergerak, bukanlah solusi, lakukan saja yang terbaik maka kita akan mendapatkan hasil yang terbaik.
Biarkanlah amanah ini nyaman berada dalam diri kita, perlakukanlah ia dengan baik layaknya seorang tuan rumah yang melayani tamunya hingga akhirnya amanah ini pun pergi dengan rasa kebahagiaan karena kita telah memperlakukannya dengan sebaik mungkin meskipun dengan berbagai keterbatasan yang kita miliki.


Sumber: http://www.dakwatuna.com/2013/12/25/43781/ketika-amanah-bertamu/#ixzz2oTROGaHO 
Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook

Senin, 20 Januari 2014

catatan kecil seorang pria

dulu, iya dulu... kita semua punya sebuah mimpi yang sangat ingin kita capai..
impian itu pun datangnya dari perkenalan nalar manusia dengan sesuatu yang dianggapnya sebuah yang "ini saya banget"
awalnya.. iya awalnya.. semua rencana tersusun rapi.... perhitungan demi perhitungan pun di buat demi menggapai impian itu..
namun, hari demi hari yang dilalui., jutaan godaan yang datang menghampiri.. impian itu pun mulai mengalami pergeseran. yang awalnya A, bergeser menjadi A0, A1, A2.. sampai mengurut ukuran kertas HVS..
A itu belum mempunyai spesifikasi yang jelas.. bergeser lah dia menjadi A0 yang masih luas.. terus bergeser sampai sempit.
tapi apa impian manusia itu hanya satu? saya rasa tidak.
kalau hanya satu, ketika impian itu tercapai, hendak apalagi dia?

dulu, waktu masih di sekolah kanak kanak, sebut saja TK, Ti,Key... Tiati Key.. *lupakan
dulu waktu TK pernah di tanya sama ibu guru nya.,..
Ibu Guru : "nanti kalau sudah besar mau jadi apa?"
si anak : "jadi ultrameenn..!!!"
Ibu Guru : "kenapa mau jadi ultramen?"
si anak : "biar bisa menghajar monster monster.. monster ubur-ubur..!!"


ada lagi yang dari sebuah lagu si susan, sama kak ria...
susan kalo udah gede, mau jadi apa.. mau jadi dokter biar bisa nyuntik orang lewat, njuss njuss..


ya, impian seorang anak kecil, masih terpengaruh dari apa yang dia lihat, apa yang dia tonton.. dan apa yang di anggapnya merupakan yang "wah" "hebat"

ketika sudah di SD.. santai dulu...
mulai mengerti apa yang namanya profesi.. dikenalkannya oleh bapak ibu guru.. 

ada yang mau jadi ini.. itu..
jadi ini, lihat itu lebih menarik, mau jadi itu..
jadi itu, lihat ini lebih menarik, mau jadi ini..
jadi, mau nya jadi apa?

ya begitulah masa masa dulu.. di saat handphone masih sebesar batu bata, yang antenanya bisa buat tongkat jemuran.